Sabtu, 03 Maret 2012

Alasan Memilih Magang Di UKM ARENA


Minggu ketiga:
Saya memilih untuk magang di UKM ARENA pada tugas mata kuliah pengantar ilmu manajemen antara lain karena sebenarnya saya ada semangat dan ketertarikan dengan dunia jurnalistik. Nah, sejauh yang saya tahu UKM ARENA ini bergerak pada bidang pengembangan kemampuan jurnalistik. Selain itu karena saya merasa masih sangat kurang dalam hal kemampuan menulis dan berargumen. Dengan berkecimpungnya saya di UKM ini, saya berharap mendapat banyak wawasan dan kemampuan tentang dunia tulis-menulis atau jurnalistik. Sebelum saya bergabung/ magang di ARENA saya sempat membaca hasil karya-karya anak ARENA yang sepengetahuan saya penuh dengan opini dan kritik. Nah hal ini yang membuat saya tertarik untuk ingin tahu dan mengenal latar belakang bidang yang dikembangkan oleh UKM ini.
            Sejauh yang saya ikuti, ternyata UKM ARENA ini sangat aktif mengadakan diskusi setiap minggunya. Bahkan bisa dikatakan hampir 5 hari dalam seminggu ada diskusi di kantor UKM ini. Lebih lagi jadwal diskusi sudah terpasang jelas di tembok kantor lengkap ada tanggal, hari, waktu, dan tema diskusi. Sungguh semangat yang luar biasa menurut saya baik dari tingkatan pengurus maupun anggota. Ini merupakan suatu kegiatan yang benar-benar mampu menambah wawasan, yang dilakukan dengan frekuensi pelaksanaannya hampir setiap hari.

Selasa, 28 Februari 2012

Hasil Pencarian tentang Struktur Kepengurusan UKM ARENA

Minggu kedua:
Tugas kali ini dari pak dosen mata kuliah pengantar ilmu manajemen yaitu mengupload hasil penyelidikan tentang struktur kepengurusan terhadap UKM yang sedang diikuti/magang di UKM tersebut. Nah, dalam hal ini yang saya dapatkan adalah sebagai berikut:
Struktur kepengurusan UKM Arena:
Pembina                      : Abdul Rozaki S.Ag, M.Si
Pimpinan umum          : Ulfatun Ni’mah
Sekertaris Umum        : Melani Jayanti
Bendahara                   : Anik Susiyani
Pemimpin Redaksi      : Anik Malusholehah
Sekertaris Redaksi      : Syaiful Bahri
Dewan Redaksi           : M. syukur, Erick Tanjung, Mia W. Asgar
Redaktur SliLit           : Munfaati (koordinator), Robi Kurniawan
Redaktur Online         : muhaimin (koordinator), Intan Pratiwi
Staf Redaksi               : Amin, Ayu, Azis, Bayu, Decy, Folly, Fitri, Ghafur,Hartanto, Haetami,   Indah, Januardi, Ning, Kurnia, Taufik, wulan
Direktur Perusahaan & produksi         : Aris Budi Sinudarsono
Koordinator Pusda      : Puji Hariyanto
Koordinator Jarkom    : Taufiqurrahman
Koordinator PSDM    : Ibnoe Hajar
            Sedikit berbeda dalam struktur kepengurusannya dibanding dengan organisasi-organisasi lain. Jelas karena UKM condong kepada pengembangan jurnalistik maka struktur kepengurusannyapun berisi bidang-bidang yang ada kaitannya dengan dunia jurnalistik.

Selasa, 14 Februari 2012

Hari Pertama Magang di UKM Arena


Tepatnya tanggal 14 februari 2012 kemarin saya magang/mengikuti kegiatan UKM Arena. Pada kegiatan pertama yang saya ikuti tersebut, Arena sedang mengadakan diskusi persiapan menuju penerbitan Slilit Arena yang merupakan salah satu wujud karya anak-anak Arena. Diskusi tersebut mereka sebut dengan Rapat Redaksi. Rapat Redaksi akan dilakukan 3x sebelum Slilit terbit. Nah dari hasil diskusi kemarin rencana Rapat Redaksinya akan dilaksanakan pada:
Rapat Redaksi 1  : 14-15 Februari 2012
Rapat Redaksi 2  : 9-10  Maret 2012
Rapat Redaksi 3  : pra cetak, menyusul.
Nah, nama-nama Rapat Redaksi di atas ada tugas-tugas yang berbeda. Rapat Redaksi 1 adalah masa-masa pencarian target berita/isu. Rapat Redaksi 2 adalah waktu pengumpulan berita yang mana semua anak magang wajib memberi satu berita. Rapat Redaksi 3 yaitu bagian mengevaluasi, mengedit, dan persiapan-persiapan sebelum Slilit terbit. Ini merupakan suatu pengalaman baru bagi saya yang mana membuat saya terkejut ketika tahu bahwa harus sebegitu rumitnya untuk mempersiapkan suatu berita. excited!

Rabu, 16 November 2011

Masalah Penerapan Teknolgi dalam Pendidikan

Penerapan teknologi dalam pendidikan memang mempunyai masalah tersendiri. Butuh waktu untuk proses transformasi dari sistem yang dulunya sedikit mengaplikasikan teknologi ke sistem yang lebih domian aplikasi teknologinya. Masalah-masalah tersebut dapat berupa:
1.       SDM
Pengembangan staf pengajar agar memilliki kompetensi profesional di bidang ICT. Ditambah lagi sikap pendidik yang enggan mengikuti perubahan dan rasa takut terhadap teknologi informasi baru. Jumlah pendidik yang mampu mengaplikasian teknologi baru sedikit.
2.       Kurikulum
Belum adanya standarisasi dan tanggung jawab penerapan teknologi dalam pembelajaran. Pelaksanaan kurikulum dan pembelajaran belum sepenuhnya memanfaatkan ICT. Evaluasi terhadap proses belajar siswa belum mengacu pada penerapan ICT. Salah satu solusinya adalah siswa bisa melihat hasil ujiannya di situs web sekolahnya seperti yang saat ini banyak diterapkan di perguruan tinggi.
3.       Hardware
Sangat banyak masalah yang ditemukan disini. Mulai dari susahnya menyediakan perangkat ICT, kurangnya tenaga ahli yang dapat mengoperasikan perangkat, susahnya mengikuti perkembangan ICT yang begitu cepat, sampai terbatasnya dana untuk pemeliharaan serta perbaikan jika terjadi kerusakan.
4.       Software
Kurangnya atau sedikit sekali perangkat lunak yang menyediakan semua materi pelajaran. Terbatasya inovasi pengembangan perangkat lunak untuk mengatasi masalah-masalah dengan penggunaan ICT. Dan kebanyakan software biasanya mengunakan bahasa asing seperti bahasa inggris. Tentu saja hal itu akan semakin mempersulit penggunaan ICT karena harus memahami dulu dengan terlebih dahulu menterjemahkannya ke dalam bahasa indonesia.
5.       Dana
Sedikitnya dana yang disediakan untuk memenuhi penerapan ICT. Dana tersebut juga harus dibagi untuk pemeliharaan dan perbaikan.
6.       Terbatasnya fasilitas belajar
Contonya: komputer, gedung atau kelas yang sempit, perpustakaan yang kurang memadai serta terbatasnya buku penunjang pembelajaran.
Namun biasanya masalah-masalah diatas banyak dialami oleh sekolah-sekolah yang berada di daerah. Karena infrastruktur dan kemajuan di daerah berbeda sekali dengan kemajuan di kota.

MODEL TEKNOLOGI PENDIDIKAN

Suatu Model Teknologi Pendidikan untuk Pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia. Model teknologi pendidikan secara ringkas dapat ditunjukan dengan unsur-unsur yang membentuknya sebagai berikut :

1. Sumber belajar sebagai produk yang memungkinkan terjadinya tidak belajar. Sumber belajar yang terpenting adalah guru, dengan pengertian guru yang berkembang, yaitu mereka yang bertanggung jawab dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan suatu dimensi baru dalam kegiatan belajar. Isi pesan mengandung standar nasional minimum dan diperkaya sesuai dengan kebutuhan lingkungan. Gedung sekolah tidak merupakan sumber belajar yang esensial.

2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan memerhatikan kondisi dan kebutuhan anak didik. Disiplin untuk belajar merupakan kunci berhasilnya proses ini. Proses ini dapat berlangsung dengan adanya interaksi antara anak didik dengan sumber belajar yang tidak selalu berupa guru. Penilaian proses belajar-mengajar dilakukan terus-menerus untuk memungkinkan bimbingan dan pembinaan yang lebih efektif.

3. Stuktur organisasi lembaga pendidikan mengalami perubahan, dimana tumbuh pola intruksional yang bervariasi, berbagai bentuk lembaga pendidikan, dan tingkat pengambilan keputusan dalam proses intruksional.

4. Kewenangan dan tanggung jawab guru kelas mengalami perkembangan, karena adanya tim pembelajaran yang memilih dan menyusun bahan belajar. Peranan guru kelas berkembang dan dituntut lebih banyak perananya sebagai pengelola kegiatan belajar.

5. Fungsi pengembangan dilaksanakan dengan sistematik untuk menghasilkan sumber belajarserta untuk berlangsungnya sistem intruksional yang efektif.

6. Pengelolaan model ini dilakukan secara luwes dengan berorientasukan tujuan. Kerjasama lintas sektoral dan koordinasi antarunit ditingkatkan. Diperlukan biaya khusus untuk menyelenggarakan dengan menekankan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi. Diperlukan pengelolaan personilia dan organisasi secara khusus.

PERANAN TEGNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN

Secara operasional teknologi pendidikan dapat dikatakan sbagai proses yang bersistemdalam membantu memecahkan masalah belajar pada manusia. Kegiatan yang bersistem mengandung dua arti, yaitu yang sistematik atau beraturan, dan kedua sistematik atau beracuan pada konsep sistem. Kegiatan yang beraturan adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan yang dilakuka oleh langkah-langkah mengkaji kebutuhan itu sendiri terlebih dahulu, kemudian merumuskan tujuan, mengidentifikasi kemungkinan pencapaian tujuan dengan mempertimbangkan kendala yang ada, menentukan kriteria pemilihan kemungkinan, memilih kemungkinan yang terbaik, mengembangkan dan menguji cobakan kemungkinan yang dipilih, melaksanakan hasil pengembangan, dan mengevaluasi keseluruhan kegiatan maupun hasilnya.
Wotruba and Wright berdasarkan pengkajianya atas sejumlah penelitian, mengidentifikasikan tujuh indikator yang menunjukan pembelajaran yang efektif. Indikator itu adalah :
1. Pengorganisasian kuliah dengan baik
2. Komunikasi secara efektif
3. Penguasaan dan antusiasme dalam mata kuliah
4. Sikap positif mahsiswa
5. Pemberian ujian dan nilai yang adil
6. Keluwesan dan pendekatan pengajaran
7. Hasil belajar mahasiswa yang baik

KEGUNAAN MEDIA DALAM PEMBELAJARAN
1. Media mampu memberikan rangsangan pada otak kita, sehingga otak kita dapat berfungsi secara optimal.
2. Media dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para mahasiswa.
3. Media dapat melampaui batas ruang kelas.
4. Media memungkinkan adanya interaksi langsung antara mahasiswadan lingkunganya.
5. Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari sesuatu yang konkret maupun
abstrak.
9. Media memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk belajar mandiri, pada tempat dan
waktu serta kecepatan yang ditentykan sendiri.
10. Media mampu meningkatkan efek sosialisasi, yaitu dengan meningkatkanya kesadaran akan dunia sekitar.
11. Media mampu meningkatan kemampuan keterbacaan baru.
12. Media dapat meingkatkan kemampuan ekspresi diri dosen maupun mahasiswa.

MEDIA PEMBELAJARAN
Pengertian media pembelajaran
Istilah media yang merupakan bentuk jamak dari medium secara harfiah berarti perantara atau pengantar. AECT mengartikan media sebagai segala bentuk dan saluran untuk proses transmisi informasi.sedang olson mendefenisikan medium sebagai tegnologi untuk menyajikan, merekam, membagi, dan menstribusikan simbol dengan melalui rangsangan indra tertentu, disertai perstukturan informasi.
Istilah pembelajaran digunakan untuk menunjukan usaha pendidikan yang dilaksanakan secara sengaja, dengan tujuan yang ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksankan, serta yang pelaksanaanya terkendali. Perlu ditegaskan bahwa dalam proses pendidikan sering kali seseorang belajar tanpa disengaja, tanpa tahu tujuanya terlebih dahulu, dan tidak selalu terkendalikan baik dalam artian isi, waktu, proses, maupun hasilnya,

Suatu Model Teknologi Pendidikan untuk Pemerataan kesempatan pendidikan di Indonesia. Model tegnologi pendidikan secara ringkas dapat ditunjukan dengan unsur-unsur yang membentuknya sebagai berikut :
1. Sumber belajar sebagai produk yang memungkinkan terjadinya tidak belajar. Sumber belajar yang terpenting adalah guru, dengan pengertian guru yang berkembang, yaitu mereka yang bertanggung jawab dalam pembelajaran. Media pendidikan merupakan suatu dimensi baru dalam kegiatan belajar. Isi pesan mengandung standar nasional minimum dan diperkaya sesuai dengan
1.kebutuhan lingkungan. Gedung sekolah tidak merupakan sumber belajar yang esensial.
2. Proses belajar mengajar berlangsung dengan memerhatikan kondisi dan kebutuhan anak didik. Disiplin untuk belajar merupakan kunci berhasilnya proses ini. Proses ini dapat berlangsung dengan adanya interaksi antara anak didik dengan sumber belajar yang tidak selalu berupa guru. Penilaian proses belajar-mengajar dilakukan terus-menerus untuk memungkinkan bimbingan dan pembinaan yang lebih efektif.
3. Stuktur organisasi lembaga pendidikan mengalami perubahan, dimana tumbuh pola intruksional yang bervariasi, berbagai bentuk lembaga pendidikan, dan tingkat pengambilan keputusan dalam proses intruksional.
4. Kewenangan dan tanggung jawab guru kelas mengalami perkembangan, karena adanya tim pembelajaran yang memilih dan menyusun bahan belajar. Peranan guru kelas berkembang dan dituntut lebih banyak perananya sebagai pengelola kegiatan belajar.
5. Fungsi pengembangan dilaksanakan dengan sistematik untuk menghasilkan sumber belajarserta untuk berlangsungnya sistem intruksional yang efektif.
6. Pengelolaan model ini dilakukan secara luwes dengan berorientasukan tujuan. Kerjasama lintas sektoral dan koordinasi antarunit ditingkatkan. Diperlukan biaya khusus untuk menyelenggarakan dengan menekankan pada pertimbangan efektivitas dan efisiensi. Diperlukan pengelolaan personilia dan organisasi secara khusus.